
Mau belajar atau mau gosip?" mungkin pertanyaan itulah yang paling pantas untuk mereka yang datang ke kelas hanya untuk bergosip, alias ceitanya lebih banyak ketimbang belajar. Wajar tidak? menurutku wajar saja, asalkan cara kita menyampaikan penuh dengan perhatian dan bijaksana sehingga siswa mampu memahami apa yang kita inginkan. Kali ini aku datang bukan mengupas anak ingusan seperti kemarin, melainkan anak yang beranjak dewasa (teenager smu kelas 1) yang sedang dilanda
Daurul Murohaqoh, lebih kerennya sekarang dikenal dengan istilah masa PUBER , menghadapi siswa yang seperti ini sangat menuntut profesionalime seorang guru untuk tetap bersabar dan lebih memahami karakter siswa dan mengerti apa yang mereka inginkan. namun yang paling penting adalah trik yang paling jitu untuk mengatasi mereka. menghadapi seperti ini buknlah hal yang mudah, kalo kita tidak mampu untuk mengerti mereka, maka kita akan mengatakan bahwa kita ini tidak dihargai sama sekali. jangan pernah terlalu berharap banyak untuk dihargai, mengapa tidak kita mencoba menanamkan karakter yang super bijaksana agar kelak siswa mampu mengenang kita sebagai the best teacher yang pernah ia kenal.....
(sah.......sah.......sah....neo'ji itu...wkwkwkwk)
1. Cita (nama samaran), salah satu siswi smu negeri terkenal di samarinda, cantik n item manis, ayahnya adalah seorang kontraktor yang menurutku lumayan kaya. dia menuntutku untuk terus bernafas panjang agar amarah ini tidak meluap. ( kalo dikelas dia di panggil cida laura...hehehehehhehe so' cute gitu...)
2. M (inisial), siswi smu terkenal, ayahnya seorang PNS tapi memiliki jabatan yang sangat menjanjikan. selalu memulai topik untuk dijadikan bahan cerita ma teman-temannya. soal cowoklah, gosipin temanlah, apalagi afgan.......( sir..dengar suaranya afgan tuh..buat hatiku tenang... + gaya cerita yang tubuhnya goyang dari atas sampe kaki....uhhhhh....galetere'na..jangan di praktekkan key..)
mereka hanya sebagian kecil yang banyak bertingkah. Mengenal siswa kita lebih dalam juga sangat perlu, baik dari segi kehidupan, keluarga, dll agar kita sebagai 2nd parent mampu untuk melihat siswa kita dari sisi lain ketika ia melakukan hal yang tidak wajar dalam kelas, tanpa mengedepankan sisi emosional belaka untuk mengatasi mereka yang akan berujung terhadap konflik.
0 komentar:
Post a Comment